Sejarah Pusaka Condong Campur Empat Tombak Milik Kerajaan Majapahit
Sejarah Pusaka Condong Campur empat tombak milik Kerajaan Majapahit. Kerajaan Majapahit merupakan salah satu Kerajaan tersohor di Nusantara, pusaka dan peninggalannya tak bisa begitu saja dilupakan,karena sejarah telah mencatat ada begitu banyak pusaka yang tinggalkan di zaman Kerajaan Majapahit.
Kerajaan kuat yang memiliki seorang pati hebat bernama maha Pati Gajah Mada ini telah menorekan banyak perjuangan hingga menjadi nusantara seperti sekarang ini, karena Maha Pati Gajah Madalah bagian pulau di Negeri ini menjadi Indonesia.
Membicarakan tentang Kerajaan Majapahit tentu tak terlepas dari pusaka- pusakanya yang sakti. Sejarah Pusaka Condong Campur Empat Tombak Milik Kerajaan Majapahit.
Adapun pusaka Majapahit yang paling ampuh adalah Keris pusakanya bernama Keris Condong Campur dan ke 4 (empat ) tombak patakannya.
Baca juga: Legenda Sanghyang Sirah Terletak Di Ujung Kulon Pulau Jawa
Keris Condong Campur
Sejarah Pusaka Condong Campur milik kerajaan Majapahit. Condong campur adalah salah satu keris pusaka milik Kerajaan Majapahit yang banyak disebut dalam legenda, keris ini dikenal dengan nama Kanjeng Kiai Condong Campur.
Keris ini merupakan salah satu dhapur keris lurus. Panjang bilahnya sedang dengan kembang kacang, satu lambe gajah, satu sogokan di depan dan ukuran panjangnya sampai ujung bilah, sogokan belakang tidak ada. Selain itu, keris ini juga menggunakan gusen dan lis-lis-an.
Condong campur merupakan suatu berlambang keinginan untuk menyatukan perbedaan, Condong berarti miring yang mengarah kesuatu titik yang berarti keinginan, sedangkan Campur menjadi satu atau perpaduan, dengan demikian Condong Campur adalah keinginan untuk menyatukan suatu keadaan tertentu yaitu perpecahan wilayah yang kemudian di namakan Nusantara.
Berikut Nama – Nama Tombak Pakata Ampuh Milik Kerjaan Majapahit
1. Tombak Pataka Sang Dwija Naga Nareswara
Tombak pusaka majapahit yang ampuh pertama adalah pataka Sang Dwija Naga Nareswara.Pusaka sakti dari Kerajaan Majapahit ini berbentuk tombak pataka Nagari seperti perwujudan dari Naga kembar penjaga tirta amerta yang terbuat dari bahan tembaga.
Tombak pataka ini dibuat di era Kerajaan Singosari pada abad XII sampai abad XIII masehi, kemudian pusaka ini diwariskan oleh Kerajaan Majapahit. Pusaka ini merupakan satu-satunya senjata Singosari yang mampu diselamatkan Sang Rama Wijaya pada saat runtuhnya Kerajaan Singosari akibat serbuan Kerajaan Gelang-gelang.
Tombak patakanya dikuasai dan berhasil direbut kembali oleh Raja Drawakarta dan dibawa kekerajaan gelang-gelang. Pataka inilah pertama kali dipasang bendera Kerajaan Majapahit ketika dipoklamatirkan dihutan taring.
Setelah serbuaan pasukan tartar dan pasukan brawijaya atas kerajaan gelang-gelang. Bederah tersebut bernama gulah kelapa atau merah putih yang sekarang kita warisi benderah Sang Saka Merah Putih.
2. Tombak Pataka Sanghyang Baruna
Pusaka majapahit yang paling ampuh selanjutnya adalah tombak pataka Sanghyang baruna dengan 2 (dua) mata kembar diatas Kepala dan ekor Naga. Pusaka tombak pataka ini terbuat dari bahan tembaga pada jaman Kerajaan Singhasari abad XII hingga abad XIII Masehi, dan diwarisi oleh Kerajaan Majapahit.
Pataka ini biasa dipasang di atas kapal yang memimpin sebuah rombongan ekspedisi, untuk menandai adanya seseorang di atas kapal tersebut yang bertindak mewakili Raja atau Negara. Bendera atau panji-panji yang dipasang bernama: “Getih-Getah Samudra” (lima garis merah dan empat garis putih), sebagai bendera armada laut Majapahit.
Bendera ini juga dipakai oleh TNI AL pada kapal-kapal perang yang berada di perairan Internasional.
Pataka ini pertama kali dibawa oleh pasukan ekspedisi Pamalayu dan diserahkan kembali kepada Kerajaan Majapahit sebagai penerus dari Kerajaan Singosari.
3. Pataka Sanghyang Naga Amawabhumi
Pataka ini berbentuk tombak Naga dengan bahan tembaga yang dikenal dengan sebutan Sanghyang Naga Amawabhumi atau berarti Naga penjaga keadilan. Mereka yang memiliki Pataka ini, berarti harus mempunyai sikap seperti dalam Mukadimah Kutara Manawa.
Dalam Mukadimah Kutara Manawa atau undang-undang zaman Majapahit ditegaskan bahwa seorang Amawabhumi teguh hatinya dalam menetapkan besar kecilnya denda, jangan sampai salah. Jangan sampai orang yang bertingkah salah luput dari tindakan. Itulah kewajiban dari Sang Amawabhumi jika mengharapkan kerahayuan Negara nya.
Pataka ini juga direbut kembali dan diselamatkan oleh Sangrama Wijaya saat Singosari diserang.
4. Pataka Sang Padmanaba Wiranagari
Tombak pataka nagari kerajaan majapahit ke 4 (empat) adalah Pataka Sang Padmanaba Wiranagari. Pada kain yang terbuat dari bahan tembaga dan bermakna Sang Padmanaba Wiranagari atau teratai kemuliaan pembelaan Negeri.
Sama seperti halnya pataka-pataka sebelumnya, Pataka ini juga dibuat pada abad XII sampai XIII Masehi. Pada Pataka inilah, pertama kali Kerajaan Majapahit memasang lambang kerajaan.
Pataka ini merupakan pataka yang sebelumnya dibawa oleh Jayakatwang Kediri namun berhasil direbut kembali oleh para Senopati Singasari pada ekspedisi pamalayu di Kerajaan Jayakatwang Kediri.
Sebelumnya, para pasukan singasari merasa terluka dan sakit hati karena saat kerajaan diruntuhkan oleh Jayakatwang, mereka saat itu tidak berada di tempat. Sehingga tidak dapat membela Negara.
Ketika mereka pamit melakukan tindakan perebutan kembali pataka-pataka Singhasari sebagai wujud pengembalian kehormatan Singhasari kepada Raden Wijaya sempat tidak diizinkan. Karena ia masih trauma akan perang saudara yang baru saja dijalaninya, Raja Jayakatwang adalah sepupu Sri Krtanegara yang sekaligus besannya, dan masih mempunyai hubungan kekerabatan dengan Raden Wijaya melalui kakeknya Narasingamurti.
Dalam Ekspedisi Pamalayu, para Senopati berhasil merebut kembali 5 panji Pataka. Peninggalan Singasari yang ada di Daha, 5 pataka Singasari tersebut, akhirnya dibawa pulang yang itu juga merupakan peneguhan sikap kerabat di wilayah Daha bahwa Kerajaan Majapahit adalah bentuk Singosari yang sah dan penerua Raja Sawangsa.
Cerita Pusaka Keris dan Tombak
Keris pusaka ampuh dan tombak ampuh.Tentunya bagi masyarakat modern, cerita tentang keris ampuh dan tobak menjadi sulit masuk logika. Bagaimana mungkin keris dan tombak itu ampuh serta sakti mandraguna?
Memang cerita Keris Kiyai condong campur dan ke 4 (empat) tombak bisa menjadi sebuah pelambang kejadian yang saat itu terjadi. Sehingga kita bisa mengetahui kondisi yang dialami sebuah generasi.
Hanya menambah pengetahuan
Author: A Iwan Dahlani