Memiliki Rumah Layak Huni Adalah Impian Bagi Mak Piah
Kabupaten Tangerang – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Tangerang telah berupaya mengatasi permasalahan rumah tidak layak huni (RTLH) melalui program gebrak Pakumis merupakan salah satu program unggulan Bupati Tangerang, sesuai Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah atau RPJMD Kabupaten Tangerang. Memiliki Rumah Layak Huni Adalah Impian Bagi Mak Piah
Memiliki Rumah Layak Huni Adalah Impian Bagi Mak Piah. Rumah merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia.setelah pangan dan sandang.Karena tempat di mana kita memulai perjalanan hidup.Tentu menjadi tempat terindah dan ternyaman karena adanya orang-orang tercinta seperti orang tua, anak,dan cucu. Kualitas rumah tinggal yang baik atau layak huni, pasti akan membuat penghuninya merasa aman, terlindung, dan terjamin kesehatannya.
Memiliki rumah yang layak huni
Memiliki rumah yang layak huni adalah rumah sehat, dalam hal ini harus memenuhi standar kesehatan, agar penghuni rumah dapat terjamin kesehatannya.
Tidak ada tempat seperti rumah.Rumah merupakan kebutuhan primer bagi Manusia sebagai tempat berlindung Manusia dari berbagai gangguan dari luar, selain itu rumah adalah tempat tinggal, karena tempat Manusia melangsungkan kehidupannya dalam berumah tangga, membina dan mendidik anak-anaknya hingga tumbuh dewasa.
Rumah tidak layak huni
Rumah tidak layak huni ada beberapa indikator yang dapat menunjukkan kualitas rumah tinggal tidak layak huni,yaitu seperti lantai rumah masih tanah, atap genteng rusak,saat musim penghujan bocor,dingding rumah rapuh, dinding tersebut terbuat dari ayaman bambu.kayu banyak yang keropos,akan membahayakan penghuni.
Program Gebrak Pakumis adalah program unggulan Pemerintah Kabupaten Tangerang yang tertuang dalam RPJMD Kabupaten Tangerang.
Begitu bagusnya program pemerintah Kabupaten Tangerang. Namun sangatlah miris sekali kemiskinan masih banyak di temukan di lapangan oleh awak media. Salah satunya terlihat rumah Mak Piah yang terletak di kampung Rawa Bolang Rt.006/002 Desa Sukasari Kecamatan Rajeg Kabupaten Tangerang.
Jarak rumah Mak Piah tidak jauh dari Balai Desa Sukasari, sekitar 300 M kurang lebih,terlihat nyata tidak layak huni. Meskipun rusak, namun masih saja ditempati karena tidak mampu untuk merenovasi. Selasa 11 Januari 2022
Baca Juga: Nasib Piluh yang Di Seorang Ib
Saat ditemui awak media ini. “Mak Sopiyah, “mengatakan,bahwa dirinya tidak mampu memperbaiki rumahnya karena tidak punya biaya.Hal tersebut dikeluhkannya, karena yang kesehariannya suaminya bekerja sebagai tukang becak hingga jadi sopir angkot tembak atau freelance dulu, dan sekarang menganggur alias tidak kerja. Karena sudah senjang umur dan sering sakit-sakitan.
Pasalnya,sumber pendapatan yang diperoleh sangat terbatas.Niat untuk merenovasi rumah sudah ada sejak lama. Namun, ya namanya juga sopir tembak yang kalau lagi ada narik, ya kadang ada, dan kadang tidak. Itupun dulu bukan sekarang. Kami tidak sanggup untuk membiayai renovasi rumah.
Sedih melihat rumah kami ini. Hingga kini belum dapat bantuan bedah rumah.keadaan rumah kami seperti inilah adanya. Kami belum tau cara untuk mengajukan bedah rumah. Kami mengharapkan adanya perhatian dari Pemerintah Daerah, kabupaten Tangerang atau provinsi.”Ucapnya
Pantauan awak media ini.Kondisi rumah berdinding anyaman bambu dan kondisinya sudah keropos bahan matrial tersebut. Bagian sisi dan sudut dinding atap rumah juga terlihat sudah berlubang apabila hujan bocor, air masuk ke dalam rumah.
Nampak jelas dalam ruangannya masih beralaskan tanah.Terlihat kerangka atapnya juga sudah rapuh.Begitu juga beberapa ruangan seperti kamar dan ruang tamu yang tampak gelap hanya dihiasin barang bekas untuk menutup lubang dinding rumah. Tujuannya agar angin tidak masuk saat malam hari yang dapat menganggu mereka beristirahat.
Lebih lanjut,”Untuk kebutuhan sehari-hari saja. Mak piah juga mengandalkan bantuan dari anak-anaknya. Dia hanya bisa berpasrah diri dan tegar menjalani kehidupannya.
Keterangan Mak Piah
Menurut keterangan Mak Piah. Dirinya dulu pernah punya kambing, dan kesaharian menggembala kambing. Nah berhubung sakit sempat dirawat ke rumah sakit,karena kami membutuhkan biaya,pada akhirnya kambing tersebut kami jual untuk kebutuhan berobat.
Jadi gimana kami mau renovasi rumah, sekarang saja masi berobat jalan karena ingin sembuh dari penyakit lambung,dan suami juga sudah berumur 60 tahun, mau kerja proyek juga tidak bakal kuat, karena dalam kondisi sudah berumur dan ada saja yang dirasakan badannya. “Ucapnya
Kepala rumah tangga tersebut yakni bernama Mutar dengan pasangnya bernama sopiyah. Di rumah itu, dia tinggal bersama istri, tiga anak,dan 2 cucu. Pengakuannya selama ini, mereka belum tersentuh bantuan dari pemerintah setempat dalam bentuk program bedah rumah.
Fakta Riwayat Asal Usul Mang Itar Dikampung Rawa Bolang
Mang Itar,”Mengatakan asal usul berada dikampung Rawa Bolang, Saat itu kami masih tinggal sewan tangerang. Ketika itu usaha becak dari tahun 1978 hingga tahun 1984.pada tahun 2006 kami memutusakan untuk beli tanah kosong dan pada saat itu harga masih murah pada tahun 2006.
Pada tahun itu kami menjual rumah yang ada di sewan karena membutuhkan biaya untuk pembangunan rumah kami yang berada dikampung rawa bolang.
Ketika pada tahun 2007 kami sepakat untuk membangun rumah walaupun sederhana. Selesai rumah dibangun dan kami beserta empat anak, laki-laki 3 dan perempuan 1 pindah kesini, yakni, kampung rawa bolang Desa Sukasari, Kecamatan Rajeg. Kabupten Tangerang.
Nah pada tahun 2007 kerja sebagai sopir angkot freelance atau sopir tembak sampai dengan tahun 2018. Saat tahun 2018 mengalami musibah, Yakni, masuk rumah sakit sampai mengalami operasi. Hingg sampai sekarang tidak kerja alias nganggur. Karena sering sakit-sakitan”Tutupnya.
Rumah adalah tempat kisah mulai kehidupan.
Rumah adalah tempat kisah memulai kehidupan.Bukan sekedar tempat tinggal saja, tetapi itu adalah tempat dimana ada keluarga itu sendiri saling membagi rasa sama anak-anak dan cucu-cucu.Karena kecerian dalam rumah adalah karunia.
Rumah sejatinya adalah jiwa yang akan selalu membuat seseorang merasa nyaman dan tentram didalamnya. Sejauh apapun kita melangkah, rumah adalah tempat kita kembali.
Hingga berita ini terbit, Kepala Desa Sukasari belum berhasil ditemui, dan kami coba menghubungi memalui Whatsapp,Namun masih belum aktif.