Kisah Santri Pintar Yang Hilang Ilmunya Seketika Karena SU’UL ADAB
“Yaman” Tarim Yaman terdapat satu pesantren yang terkenal bernama rubath Tarim. Pesantren ini telah melahirkan puluhan ribu ulama yang tersebar di seluruh dunia, seorang santri yang hilang ilmunya seketika dan disana para santri diajarkan berbagai macam ilmu, khususnya spesifikasi ilmu fiqih sebagai keunggulannya.
Pesantren rubath Tarim ini ada seorang santri sebut saja namanya Adam yang merupakan salah satu seorang santri yang menetap selama 13 tahun bersama Aulia Habib Abdulloh bin Umar assyatiri dan Adam seorang yang sangat cerdas dan mudah menghafalannya kitab, tangkas dan rajin, Adam menjadi santri yang sudah mencapai derajat tinggi, ya saking pintarnya, Ia juga hafal semua masalah tentang ilmu fikih yang terdapat dalam kitab tuhfatul muhtaj.
Dalam sebuah kitab yang tebalnya 10 jilid cetakan Darul dia atau empat jilid cetakan Darul Kutub ilmiah, jaed kesehariannya di pesantren ini disukai oleh shabat-shabatnya, sebab Adam dibutuhkan oleh rekannya untuk menjelaskan beberapa pelajaran yang belum mereka pahami serta untuk menerangkan kitab-kitab lainnya.
Seorang murid yang hilang ilmunya seketika hampir 13 tahun menjadi santri rubath Tarim, tentu saja hampir dipastikan kapasitasnya ia termasuk ulama besar, Namanya pun tersohor hingga ke luar Pesantren bahwa ia termasuk calon ulama besar yang akan muncul berikutnya.
Saat itu hingga akhirnya setan datang mengelabui Adam dan iapun merasa orang yang paling alim. Bahkan ia merasa kualitas dirinya sejajar dengan keahlian guru besarnya tidak cukup sampai disitu kesombongan itu berlanjut hingga ia berani memanggil gurunya dengan namanya saja, Ya Abdulloh, Naudzubillahimindzalik sedangkan dimata para ahli ilmu, hal ini merupakan tindakan yang sangat sangat tercela dan kesombongan yang nyata.
Kesombongnya seorang murid yang hilang ilmunya seketika, menurut alim ulama dijelaskan: Barangsiapa ya memanggil gurunya dengan sebutan namanya langsung tidak mengagungkannya ketika memanggil, maka dia akan meninggal kecuali sudah merasakan hidup yang fakir baik dalam ilmu maupun materi, melihat kesombongan diri Adam, “Habib Abdullah assyatiri sabar dan memilih untuk diam saja, sedangkan menurut Syekh Muhammad bin Ali ba’athiyah “mengatakan diamnya seorang guru saat muridnya tidak sopan pada gurunya tetap akan mendapatkan azab dari Allah. “ Naudzubillahimindzalik…..
Kesombongan itu pun berlanjut pada Adam, Pada suatu hari akan keluar dari rubah tarim untuk menuju kota mukalla untuk berdakwah, Ia pun keluar dari pesantren begitu saja tanpa meminta izin kepada guru yakni, Habib Abdulloh assyitiri , hingga pada saat madrasa atau majlis sebutan untuk pengajian rutinan di rubath Tarim, “Habib Abdulloh menanyakan keberadaan SI Adam yang biasanya duduk paling di depan, namun tidak kelihatan.
“Kemanakah Si Adam, “Ucap Gurunya, sebagian murid yang mengetahui menjawab mang Adam sedang berdakwah ke kota mukalla, ”Habib berkata Apakah dia izin kepadaku? sontak murid yang lain diam saja dan Habib Abdulloh kemudian berkata Baiklah kalau begitu biarkan Adam pergi akan tetapi ilmunya tetap disini,”Ucap Sang Guru.
Kesombong Seorang Santri Yang Hilang Ilmunya Seketika
Namun disisi lain di kota mukalla Yaman para ahli ilmu dan thalibul Ilmi dan para pecinta Habib Abdullah assyatiri yang mendengar bahwa akan datang santri dari rubath tarim adalah santri senior rubath Tarim yang akan mengisi ceramah di masjid baumer mukallaf Kodim. Mereka pun bergegas dan berbondong-bondong datang untuk mendengarkan tausiyah siraman rohani dan Mereka pun mempersilahkan santri itu untuk memberikan ceramahnya, dengan merasa sudah hebat, lalu santri itupun naik ke mimbar dan memulai isih ceramahnya.
Kemudian santri yang yang bernama Adam memulai dengan baca: Basmalah, Hamdalah, Shalawat kepada junjungan Nabi Muhammad, ditutup dengan Amma Ba’du, kemudian iapun membaca sebuah Ayat, ketika ingin menjelaskan ayat tersebut, tiba-tiba dia terdiam Seperti kayu yang berdiri tegak dan kebingungan tak mampu berbicara atau bungkam untuk menjelaskan Ayat tersebut, hingga dia duduk kurang lebih selama lima menit dan dia terdiam di hadapan para jamaah Masjid baumer mukallaf Kodim.
Setelah itu dia menoleh ke para jamaah masjid tersebut dan mereka juga memandang, hingga akhirnya dia duduk menangis karena semua ilmu yang pernah ia hafal hilang seketika, bukti nyata seorang santri hilang ilmunya seketika karena sombong, bahkan kitab kecil seperti kitab safinatunnajah tak hafal satu kalimat pun apalagi kitab tuhfah yang awalnya telah dihafal semuanya.
Jamaah yang melihatnya sontak terkaget atas kejadian itu. salah satu ahli ilmu di kota mukalla yaitu Habib Abdullah Sodiq al-habsyi Beliau pernah mondok dipesantren mencari ilmu di ribath Tarim selama sembilan tahun,”beliau mengerti bahwa pasti ada sesuatu yang tidak beres dari santri tersebut, kemudian datanglah kabar bahwa Si santri itu telah Isa atau adab berbuat kurang baik terhadap gurunya.
Baca juga: Perjuangan Seorang Ayah Mencari Nafkah Demi Keluarga
Habib Abdullah Sodiq al-habsyi bertanya pada santri tersebut, setelah mendengar penjelasannya santri itu,dan ahli ilmu menasehati agar si santri segera memohon permintaan maaf pada Sang Mahaguru, karena memang sudah dikuasai oleh setan Ia pun enggan untuk tawadhu’ dan minta maaf pada Sang Guru.
Tak mau meminta permohonan maafnya seorang santri yang hilang ilmunya seketika itu dan hidupnya pun bertambah tragis ilmunya sudah hilang dan tanpa ada keluarga yang mau menerimanya tanpa teman yang peduli pada nasibnya. Hingga akhirnya ia hidup dalam keadaan sangat miskin di pinggiran kota dan sehari-hari menjadi penjual Arang di toko area pasar.
Hingga akhir hayatnya dia meninggal dalam keadaan miskin bahkan untuk sebuah kapanpun tak ada dan diberi sedekah oleh Ahlul Khoir yang dermawan, Innalillahiwainnailaihirojiun.
Salah satu yang mengurus jenazahnya dan memberi sumbangan kain kafan adalah habib Abdulloh Sadiqah al-habsyi, dari kisah ini Mari kita perbaiki etika kita kepada guru kita dan kepada siapa pun agar tidak Su’ul Adab atau sombong.
Imam an-nawawi berkata seyogyanya bagi seorang pelajar tawadhu rendah hati kepada gurunya dan menjaga tata krama ketika bersamanya, meskipun gurunya itu lebih muda tidak begitu terkenal nasabnya lebih rendah dan mungkin kesalehannya kalah dengan muridnya dengan tawadhu rendah hati niscaya ilmu akan ia dapatkan .
Habib Abdullah bin Alwi al-haddad berkata yang paling berbahaya bagi seorang murid adalah berubahnya hati guru kepada muridnya dari yang semula Ridho menjadi murka andai saja semua guru dari timur dan barat berkumpul untuk memperbaiki keadaan si murid atau santri itu, maka mereka tidak akan mampu kecuali gurunya itu telah Ridha kepadanya.
Perkataan-perkataan diatas sebagai bahan renungan bagi kita semua yang khusunya masih berstatus murid. Jika kebetulan kita sebagai guru maka jangan sekali-kali kita berharap untuk dihormati, dengan kisah seorang santri yang hilang ilmunya seketika semoga saja perlu diingat sekuat-kuatnya pundak tidak akan mampu tinngi kepala.
Subhanallah “Semoga kisah diatas menambah kecintaan kita semua ..Aamiin
Terimakasih
Author: A. Iwan Dahlani