Gunung Karang Saksi Sejarah Yang Melegenda
Pandeglang Banten – Gunung Karang saat ini telah menjadi tujuan orang untuk melakukan kegiatan pendakian maupun wisata ziarah. Gunung Karang yang menyimpan banyak rahasia yang belum terkuak oleh manusia, banyaknya misteri, mitos dan legenda.
Gunung Karang, tentunya kegiatan menarik yang dapat Anda lakukan adalah menaklukan perjalanan dan mencapai puncak untuk melihat panorama alamnya yang indah.
Untuk beberapa orang, gunung yang satu ini juga merupakan destinasi ziarah hingga tirakat untuk berdoa memohon sesuatu.Sejarah gunung Karang tidak lepas dari cerita peradaban masa lalu hingga sejarah runtuhnya kerajaan hindu-Budha. Gunung Karang adalah gunung tertinggi di daerah Provinsi Banten, dengan ketinggiannya mencapai 1.778 MDPL.
Perjalanan ke puncak gunung karang karena tertarik dengan keindahan alam, dan banyaknya bukti peninggalan sejarah yang ditemukan pada gunung karang yang masih tertata rapi, dan beberapa bagian yang ditemukan tersimpan rapi dimuseum kepurbakalaan Banten.
Seperti beberapa situs sejarah yang berada di gunung karang, di antaranya :
• Petilasan Sultan Banten
• batu Menhir
• Situs Pahoman
• Pasir Peuteuy
• Sumur Tujuh
GunungnKarang saat ini telah menjadi tujuan orang untuk melakukan kegiatan pendakian atau wisata religi. ketinggian gunung karang terbilang tidak terlalu, namun tantangan dalam perjalanan menuju puncak menjadi tantangan tersendiri. Pada umumnya jalur pendakian gunung karang yang diketahui ada 2 (dua) jalur. Yakni, yang pertama melewati Desa Kadu Engang. Kedua, melalui jalur Pager Batu/Ciekek-Pandeglang. Namun apabila melihat mendaki dalam rangka wisata ziarah, ada jalur lain yaitu Jalur Curug Nangka.
Baca juga: Pesona Air Terjun Curug Putri Di Gunung Pulosari Pandeglang Banten
Jalur Dari Kadu Engang
Jalur Kadu Engang merupakan jalur menuju puncak sumur tujuh yang disajikan lebih pendek namun memiliki trek begitu menantang kondisi perjalanan yang menanjak, terjal, dan ekstrim).
Sedangkan waktu tempuh dari kadu Engang, biasanya akan menghabiskan 4 – 6 jam untuk mencapai Puncak Sumur Tujuh.
Setelah para pendaki mulai tiba di Kampung Kadu Engang, maka para pendaki mulai berjalan kaki. Lokasinya mulai menanjak, yakni di Pos 1 ditandai dengan adanya menara menara dekat rumah salah satu sesepuh yang dapat dijumpai untuk memimpin berziarah, bagi para wisata religi, karena sebelum melanjutkan pendakian ke sumur tujuh, disarankan agar berziarah terlebih dahulu ke makam Pangeran TB. Jaya Raksa, makam tersebut berada tepat di sebelah kanan jalur pendakian, yakni berada di Kampung Kadu Engang.
Petilasan Jaya Raksa
Biasanya orang yang berziarah ke gunung karang datang ke petilasan Jaya Raksa, selaku sesepuh kerajaan Banten. Yang mana letak dari petilasan ini berada di Desa Kaduengang, tepatnya di kaki gunung di kawasan Pandeglang tersebut. Tentunya tidak hanya petilasan, pengunjung juga dapat menikmati berbagai objek wisata di gunung karang.
Kampung Pasir Angin
Kampung Pasir Angin yang terletak di kaki gunung. Jika umumnya rumah rumah penduduk di kaki gunung memiliki jarak yang cukup antara satu rumah dengan rumah lainnya, maka sedikit berbeda jika dilihat dari Kampung Pasir Angin. Seperti di Kota-Kota. kampung ini memiliki rumah saling berjejer dengan keunikannya tersendiri.
Rumah rumah warga tersebut berderet deret sepanjang kurang lebih 3 kilometer, sampai area Masjid kuno. Jaraknya yang begitu rapat, membuat sulit masuk mobil lewat di Kampung Pasir Angin.
Sejarah Leluhur Pasir Angin
Sejarah para Leluhur warga dari Kampung Pasir Angin. Dulunya pernah memasukkan hewan kecil semacam belalang ke dalam botol, saat membuka kampung. Karena pada zaman dulu, nenek moyang mengetes tanah di suatu tempat dengan belalang di dalam botol. Dan hanya tanah yang ada di Kampung Pasir inilah satu satunya yang membuat belalang di dalam botol tidak mati.
Kampung Pasir Angin sangat aman dan nyaman,dan indah dipandang serta untuk ditinggali. Bahkan konon sejak dulu di kampung pasir angin, sangat jarang terkena wabah musibah maupun penyakit. Oleh karena itu, warga Kampung Pasir Angin tidak ingin pindah ke kota. Meskipun kampung terbilang jauh dari kota.
Masjid Tua Baitul Arsy
Pada kaki Gunung karang, pengunjung bisa menemukan masjid tua yang berada dekat dengan Kampung Pasir Angin. Masjid tua yang memiliki ciri khas panggung yang begitu sederhana, dengan menggunakan bahan kayu nangka alih alih kayu jati atau kelapa. Uniknya, kayu nangka tersebut masih sangat kokoh meskipun sudah berumur ratusan tahun.
Bahkan kayu-kayu dari masjid tersebut, tidak jarang ditemukan oleh semut ataupun rayap. Selain digunakan sebagai sarana ibadah bagi warga, masjid tua di kampung ini juga sering kali digunakan oleh orang luar, yakni, dari kalangan wisata luar maupun dalam Negeri yang berkunjung dan ingin melakukan pendaki atau tirakat.
Menurut penuturan warga, memang banyak sekali yang datang, entalah dari mana, yang jelas banyak. masjid tua bernama Baitul Arsy. Sampai sekarang, masjid tua ini hanya pernah direhab halaman mukanya saja.
Sementara pugaran masjid utama yang bercorak kayu benar-benar tidak ada perubahan. Sebab pada tahun 2010 silam, sebenarnya Masjid Baitul Arsy rencananya akan dipugar. Namun rencana ini ternyata ditentang oleh para kiyai sepuh yang ada di Pandeglang.
Terutama Abuya Dimyathi Cidahu yang mana beliau telah tersohor kewaliannya.
Karena meskipun Abuya tinggal jauh dari Desa Pasir Angin, namun konon di masa mudanya beliau sering kali tirakat ke puncak Gunung Karang. Maka dari itu, warga setempat tidak berani menjamin perintah tersebut. Akhirnya hingga kini Baitul Arsy masih berdiri tanpa perubahan.
Riwayat Syekh Ageng Karang
Syekh Ageng Karan merupakan salah satu pendiri pesantren tertua di Indonesia. Dan menurut penuturan Gus Dur, di atas puncak gunung ini terdapat pesantren tua yang didirikan oleh syekh tersebut. Namun tidak pernah ada yang tahu kapan beliau mendirikan pesantren tersebut. Banyak yang berspekulasi bahwa pesantren ini didirikan pada abad ke 17 masehi.
Makam Syekh Ageng Karan sendiri dapat ditemukan tidak jauh dari kawasan ini. Tepatnya di Desa Simpeureum, atau sejauh kurang lebih 2 kilometer dari arah masjid tua Baitul Arsy. Makam inilah yang biasanya didatangi oleh para wisatawan untuk berziarah. Di samping berwisata religi, Anda juga dapat sekaligus menikmati keindahan alam setempat.
Sedangkan untuk menuju sumur tujuh, kita harus melewati beberapa Pos diantaranya :
• Pos 1 (Menara)
• Pos 2 (Hutan 1)
Sedangkan Pos 3 (Tanah Gelap), Pos 4 (Tanah Petir), dan Pos 5 (Hutan 2/Anggrek), dan dilokasi Pos 5 itu akan ada perempatan, yakni arah kanan menuju Curug Nangka/Ciomas sedangkan ke arah kiri Puncak (sumur tujuh).
Gunung Karang memiliki hutan hujan tropis. Sedangkan Jalur Kampung Kadu Engang ini merupakan kawasan hutan terbagi menjadi 2.
• Hutan ke 1
merupakan hutan yang tidak terlalu lebat, letaknya disekitar ladang penduduk.
• Hutan ke 2
Sedangkan Hutan 2, merupakan kawasan hutan lindung, dan di dalam hutan ini hampir semua tumbuhan sepanjang jalan, sering tertutup dan tebal, keadaan yang lembab dan dipenuhi akar-akar pohon besar perjalanan ketika memasuki hutan 2 ini .
Sedangkan Jalur Pager Batu atau Ciekek-pandeglang, tidak terlalu menjadi favorit bagi para pendaki, walaupun kondisi trek dari jalur ini cukup lebih dari pada melalui jalur Kadu Engang, namun membutuhkan waktu yang lebih lama, yakni kurang lebih 7 – 8 jam untuk menuju puncak sumur tujuh.
Jalur pendakian Gunung Karang yang bisa dilewati oleh para wisatawan setidaknya terdapat 2 jalur, yaitu melewati Desa Kaduengang dan melewati Jalur Pagerwatu atau Ciekek. Namun jika kedatangan Anda ke gunung ini adalah dalam rangka ziarah atau pendaki, maka ada jalur alternatif lain yang bisa dilalui yaitu Jalur Curug Nangka atau Ciomas.
Jalur Desa Kadu Engang
Jalur pendakian melewati desa Kadu engang disebut juga jalur barat, dan menjadi salah satu jalur favorit bagi para pendaki. Karena jalur ini memiliki perjalanan yang lebih pendek untuk menuju ke puncak. Meski treknya lebih pendek, namun Anda perlu berhati hati saat melewati jalur satu ini, sebab treknya pun terbilang cukup menantang.
Jalur Curug Nangka atau Ciomas
Bagi para pendaki, jalur Curug Nangka adalah yang paling tidak populer. Namun berbeda bagi para peziarah yang utamanya melewati jalur satu ini. Jalurnya sendiri dimulai dari bawah lereng apabila hendak menuju ke puncak. Perjalanan melalui jalur Curug Nangka bisa memakan waktu sekitar 10 jam kurang lebih perjalanan.
Sejarah Sumur Tujuh Dipuncak Gunung Karang
Sejarah yang melegenda di masyarakat tentang keberadaan sumur tujuh yang dibuat oleh Sulton Maulana Hasanuddin, adalah ketika Sulton Maulana Hasanuddin ditantang bertarung adu kesaktian oleh Raja Pucuk Umun Raja Banten Girang.
Pertarungan yang sangat sengit terjadi di puncak gunung karang yang sekarang adanya sumur tujuh. Karena kehausan setelah bertarung Sulthon Maulana Hasanudin bermunajat kepada Allah untuk memohon air minum.
Atas izin Allah, maka ditancapkanlah tongkatnya ke tanah, dengan seketika keluarlah air dari dalam tanah. Lubang bekas tongkat yang ditancapkan inilah yang sekarang disebut keramat Sumur Tujuh Gunung Karang.
Di atas gunung karang tedapat ada alam yang mungkin jarang ditemukan di tempat-tempat lain. Karena pada umumnya sebuah mata air sering kita jumpai di lereng atau di kaki sebuah gunung, Segalanya atas kehendanya, yakni, Tuhan yang Maha Esa. Karena di Gunung Karang terlihat mata air itu benar-benar muncul di puncak gunung. Mata air tersebut muncul menjadi tujuh sumber, yang oleh penduduk sekitar disebut dengan nama “sumur tujuh”.
Sumur tujuh gunung karang adalah tempat yang paling sering dijadikan tujuan mendaki dari berbagai penjuru Nusantara. Sejarah sumur tujuh berkaitan erat dengan Sulton Maulana Hasanuddin pendiri kerajaan Banten, Syarief Hidayatulloh Raja Cirebon pertama.
Kramat Air Sumur Tujuh
Sumur tujuh gunung karang banyak sekali dikunjungi oleh para peziarah maupun para pendaki. Mereka ke sumur tujuh dengan tujuan untuk mencari air sumur keramat. Jika airnya kebetulan banyak biasanya para peziarah mandi dan membawa pulang ke rumah.
Tujuannya memohon keberkahan kepada Allah dengan syare’at air sumur keramat yang dibuat oleh Sulton Maulana Hasanuddin.
Banyak sekali cerita mistis yang sering dialami oleh para pendaki yang bertujuan ziarah ke sumur tujuh gunung karang, fenomena yang sering terjadi berkaitan dengan hal-hal yang berbau mistis.
Sumur tujuh inilah yang menjadi alasan para wisata religi datang ke puncak gunung karang. Cerita kerabat di Kadu Engang kebanyakan peziarah datang dari kota dan luar. Mereka mempercayai air dari Sumur tujuh berkhasiat.
Terimakasi.