Pura Agung Besakih, Pura Terbesar dan Termegah Di Pulau Bali
Pura Agung Besakih Di Pulau Bali yang berdiri megah di kaki Gunung Agung, Kompleks Pura Besakih merupakan pusat kegiatan spiritual Hindu Dharma di pulau Bali.
Dinginnya udara pegunungan yang menyelimuti kompleks candi agung berpadu erat dengan panorama alam, tradisi, dan ritual keagamaan masyarakat Hindu di tanah Dewata. Semua hal ini menjadikan Pura Agung Besakih ini sebagai tempat yang sempurna untuk memuja Sang Hyang Widhi.
Sekilas Tentang Pura Agung Besakih Di Pulau Bali
Aroma kemenyan dan aneka bunga membuat ketagihan memasuki kompleks candi Hindu terbesar di Indonesia, Pura Besakih. Orang-orang berpakaian serba putih terlihat berlalu lalang di candi megah ini, ada yang membawa sesaji, ada yang sedang berdoa. Suasana terlihat begitu damai dan tentram. Ditambah dengan udara dingin lereng gunung yang bersih dan segar membuat siapa saja malas untuk meninggalkan tempat ibadah ini.
Pura Agung Besakih Di Pulau Bali adalah kompleks ibadah Hindu Dharma Bali yang terdiri dari sebuah pura pusat yang disebut Pura Penataran Agung. Di sekitar candi pusat terdapat 18 candi kecil sebagai candi pendamping. Kedelapan belas candi pendamping tersebut terdiri dari satu pura Basukian dan 17 pura lainnya yang lebih kecil. Kompleks bangunan di sini sangat indah, terlihat tinggi dan ramping khas arsitektur Bali.
Dari semua pura yang ada di kompleks Pura Besakih, Pura Penataran Agung merupakan pura terbesar dan memiliki banyak bangunan pelinggih. Di dalam kawasan Pura Penataran Agung juga terdapat tiga buah arca atau pura sebagai bangunan peribadatan utama. Ketiga arca atau pura tersebut melambangkan stana sifat Tuhan Tri Murti dalam kepercayaan Hindu Dharma Bali.
Tiga dewa dalam alam Tri Murti antara lain terdiri dari Dewa Brahma (Dewa Pencipta), Dewa Wisnu (Dewa Pemelihara), dan Dewa Siwa (Dewa Pelebur atau Dewa Reinkarnasi). Selain itu, di kompleks Pura Besakih juga terdapat sebuah pura yang bernama Pura Basukian. Menurut cerita yang terdapat dalam babad Bali, Pura Basukian merupakan tempat pertama kali turunnya wahyu Sang Hyang Widhi ke bumi dan diterima oleh seorang yogi atau pertapa dari Hindustan atau India bernama Hyang Rsi Markendya.
Wahyu yang diterima kemudian menjadi cikal bakal ajaran Hindu Dharma yang saat ini menjadi kepercayaan mayoritas masyarakat di pulau Bali. Kompleks bangunan Pura Besakih menurut nilai filosofinya erat kaitannya dengan keberadaan Gunung Agung yang berada di timur laut lokasi pura ini.
Gunung Agung sebagai gunung tertinggi di Pulau Dewata diyakini oleh masyarakat Bali sebagai pusat bersemayamnya roh leluhur dan para dewa yang merupakan utusan Sang Hyang Widhi untuk mengajarkan ajaran Hindu Dharma di pulau Bali. Sehingga pada zaman peradaban Bali kuno dibangun sebuah bangunan suci untuk memuja dewa-dewa tepat di kaki Gunung Agung yang berada di sebelah timur pulau Bali.
Asal mula penyebutan nama Pura Besakih menurut cerita masyarakat setempat diambil dari kata Basuki atau Wasuki yang berarti keselamatan. Kata ini kemudian berkembang dari waktu ke waktu dan berubah pengucapannya menjadi ‘basukir’ dan ‘baukih’, kemudian menjadi Besakih seperti yang sekarang diucapkan.
Nama Pura Besakih tertuang dalam sejumlah prasasti yang saat ini tersimpan di Natar Agung dan Pura Gaduh Sakti di Desa Selat. Lontar Markandeya Purana menyebutkan bahwa bangunan Pura Besakih sudah ada sejak awal abad ke-11 atau sekitar tahun 1007 Masehi. Tahun ini bertepatan dengan masa pemerintahan Raja Airlangga ketika memimpin pemerintahan Kerajaan Kahuripan di Jawa Timur.
Ada juga sumber lain dari babad Bali yang menyatakan bahwa Sang Hyang Rsi Markendya sebagai penerima wahyu pertama di Pura Basukian mulai menetap dan membuka lahan kemudian mendirikan Pura Besakih yang terletak di lereng barat daya Gunung Agung sebagai tempat dari pemujaan kepada para dewa.
Pada prasasti berupa lembaran logam dan lembaran lontar yang ditemukan, disebutkan bahwa bangunan Pura Besakih pada awalnya hanya berupa bangunan pelinggih kecil. Kemudian seiring berjalannya waktu seorang senapati Bali bernama Empu Kuturan mulai mengembangkan bangunan tersebut dengan membangun pelinggih-pelinggih lain yang beratap meru seperti yang ada di Pura Ulun Danu Bratan di Bedugul.
Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa Pura Agung Besakih merupakan tempat pemujaan suci tertua yang dibangun oleh para leluhur di pulau Bali. Sebagai pura utama dari semua pura di Pulau Dewata, Pura Besakih memiliki jenis upacara paling banyak dan menjadi pusat pelaksanaan ritual, upacara adat, dan kegiatan perayaan pada hari besar keagamaan Hindu Dharma Bali.
Sebagian besar masyarakat Hindu Bali selalu memusatkan aktivitas keagamaannya di pura ini, tepatnya di Pura Penataran Agung Besakih sebagai pura terbesar. Seperti pada saat perayaan Galungan, Kuningan, dan beberapa hari setelah perayaan Nyepi, biasanya diadakan upacara Tirta Yatra yang dihadiri oleh ratusan orang dari berbagai daerah di pulau Bali.
Lokasi Dan Akses Menuju Pura Besakih
Kompleks Pura Besakih terletak di Desa Besakih, Kecamatan Rendang, Kabupaten Karangasem, Bali. Dari Kota Denpasar tempat ini berjarak sekitar 90 kilometer dan dapat ditempuh dalam waktu sekitar 2 jam perjalanan.
Kita bisa melalui jalur bypass Prof. Ida Bagus Mantra lurus ke arah timur. Kemudian di jalan menuju Pantai Lepang berbelok ke utara menuju Kota Semarapura atau bisa juga diakses melalui Klungkung. Dari sini sudah banyak penunjuk arah lokasi yang akan memandu Anda menuju Pura Besakih.
Harga Tiket Dan Jam Buka
Harga Tiket : Rp15.000/orang
Parkir: Rp 2.000 (motor), Rp 3.000. (mobil), Jam Buka: Pura Besakih. buka setiap hari dari pukul 09.00 – 17.00 WIB.
Tips Berwisata Di Pura Besakih
Kenakan pakaian yang sopan saat ingin mengunjungi Pura Besakih. Hal ini bertujuan untuk menghormati orang yang sedang beribadah dan status pura sebagai tempat peribadatan.
Bahkan jika Anda bukan pemeluk agama Hindu, untuk memasuki kompleks Pura Besakih Anda harus mengenakan udeng atau penutup kepala khas Bali dan kamen (sejenis sarung). Jadi jangan lupa untuk membawa dua hal ini.
Bagi wanita yang sedang haid, ada larangan memasuki kompleks pura. Jadi jangan memaksakan diri untuk memasuki kompleks candi megah nan suci ini jika sedang haid atau sedang haid.
Jika Anda membutuhkan jasa pemandu wisata untuk menemani dan menjelaskan seluk beluk Pura Besakih, banyak tersedia jasa pemandu di pintu masuk biaya masuk Pura Besakih. Biaya pemandu sekitar Rp 175.000 per orang tergantung pada kesepakatan tawar-menawar antara Anda dan pemandu wisata.
Jaga ucapan dan sikap Anda selama berada di dalam kompleks candi suci ini. Jika ingin berfoto, ambillah dari samping atau belakang jamaah. Jangan sekali-kali berfoto di depan orang banyak karena dapat mengganggu ritual atau upacara adat.
Baca juga: 10 Makanan Tradisional Khas Pulau Bali
Tempat Wisata Dan Lokasi Seru Di Sekitar Pura Besakih
1. Taman Air Tirta Gangga
Taman air Tirta Gangga adalah sebuah taman air warisan dari Kerajaan Karangasem, Bali. Letaknya sekitar lima kilometer dari pusat Kota Karangasem. Konsep bangunannya hampir mirip dengan Istana Air Taman Sari di Yogyakarta, hanya lebih kecil atau sekitar 1,2 hektar. Yang menarik dan menjadi ciri utama dari objek wisata ini adalah kolam mata air yang diisi ikan dengan pahatan artistik serta taman dan hotel dengan nama yang sama dengan objek wisata tersebut.
2. Desa Penglipuran
Desa Penglipuran merupakan salah satu ikon desa adat di pulau Bali dimana masyarakat adatnya masih sangat memegang teguh dan mempertahankan tradisi, budaya, dan kearifan lokal secara turun temurun. Gaya arsitektur rumah adat di Desa Penglipuran hampir seragam, lengkap dengan penjor yang menghiasi gapura rumah.
Desa yang merupakan peninggalan Kerajaan Bangli ini juga terkenal dengan keindahan dan kebersihannya. Jika Anda ingin melihat Bali di masa lalu, maka jangan lewatkan kunjungan ke Desa Penglipuran.
3. Pura Tirta Empul
Pura Tirta Empul adalah sebuah pura suci bagi umat Hindu Bali yang terletak di Desa Manukaya, Tampaksiring, Kabupaten Gianyar, Bali. Pura ini terkenal dengan taman air sucinya yang bersumber dari mata air pegunungan dan sering digunakan untuk membersihkan diri. Secara etimologis, Tirta Empul berarti air yang menyembur dari dalam tanah. Candi ini diperkirakan berdiri pada tahun 960 M atau pada masa pemerintahan Raja Chandra Bhayasingha dari Dinasti Warmadewa.
4. Pantai Amed
Pantai Amed adalah salah satu pantai eksotis di pulau Bali yang terletak di Desa Amed, Kecamatan Abang, Kabupaten Karangasem. Jaraknya kurang lebih 78 kilometer dari pusat Kota Denpasar atau memakan waktu sekitar 2 jam perjalanan darat. Pantai ini terkenal dengan panorama matahari terbit dan kehidupan bawah lautnya yang menawan.
Bagi Anda pecinta scuba diving dan snorkeling, Pantai Amed menjadi tempat yang sangat cocok untuk dikunjungi. Selain itu, Anda bisa mengabadikan garis pantai yang cukup panjang dari atas bukit.
Itulah beberapa ulasan artikel tentang Pura Agung Besakih Di Pulau Bali dan dapatkan artikel berita pilihan setiap hari dari Jurnallbhlpkpkn.com/. Semoga bermanfaat.